Motivator Indonesia Edvan M Kautsar

Senin, 29 Juli 2019

Puasa dan Pengembangan Kecerdasan Emosi Anak

Puasa dan Pengembangan Kecerdasan Emosi Anak


Puasa berasal dari kata shaum, artinya orang yang puasa itu adalah orang yang mampu mengendalikan diri dari hal-hal negatif serta hal-hal yang dilarang oleh Allah.

Motivator muda Indonesia Edvan M Kautsar mengatakan mereka yang terlatih sabar saat berpuasa akan membentuk karakter yang pandai me-manage diri. Karena berpuasa memiliki manfaat seperti menenangkan pikiran, menurunkan gangguan depresi, dan emosi negatif.

Banyak penelitian mengatakan bahwa, kecerdasan emosional ternyata lebih menentukan kesuksesan seseorang dibandingkan kecerdasan intelektual.

Kecerdasaan emosi dapat terbentu ketika berpuasa, menurutnya, hal tersebut terdorong karena saat berpuasa ada lima hal yang harus dilakukan diantaranya emotional management atau kemampuan mengatur emosi, self awareness atau menyadari ragam emosi yang harus dikendalikan dalam diri, self motivation yakni saat bersabar dan memotivasi diri bahwa mampu menyelesaikan puasa dengan sempurna dari waktu sahur sampai berbuka puasa.

“Yang paling penting kemampuan berempati saat ikut merasakan bagaimana menahan haus dan lapar seperti seperti orang-orang yang kelaparan di luar sana dan relationship skill atau kemampuan membangun hubungan dengan sesama,” jelasnya.

Dia menambahkan apabila nilai tersebut juga ditanamkan kepada anak sejak kecil, maka nilai-nilai kebaikan itu akan mengkristal dalam diri anak. Sehingga dapat membangun karakter anak hingga mereka beranjak dewasa.

“Misalnya mengajarkan berpuasa secara bertahap mulai dari buka jam 10 pagi, lanjut jam 12 siang, jam 2 siang, hingga anak kuat dan sanggup untuk bisa berpuasa sampai waktu maghrib dan secara penuh di bulan Ramadan,” katanya.

Menurutnya, kecerdasan emosi anak akan semakin terlatih dan sesuai dengan penelitian bahwa 80% kesuksesan seseorang dintentukan oleh Emotional Quotient atau kecerdasan emosi.

Dia bercerita berdasarkan penelitian dari Daniel Goleman, seorang ahli dan peneliti tentang kecerdasan emosi, pernah menguraikan bukti ilmiah tentang manfaat pengendalian diri. Daniel Goleman melakukan penelitian longitudinal tentang pentingnya mengendalikan diri sebagai salah satu kunci keberhasilan di masa depan.

Dalam penelitiannya, Goleman mengumpulkan anak-anak berusia empat tahun di taman kanak-kanak Standford dan menyuruh mereka untuk memasuki sebuah ruangan. Satu per satu dari anak-anak tersebut memasuki ruangan yang telah disediakan dan selanjutnya sebuah marshallow (permen) telah disiapkannya untuk menarik perhatian dan minat mereka.

Dia mengatakan kepada setiap anak yang masuk ke dalam ruangan bahwa, “kalian boleh memakan marshmallow ini jika menginginkannya, tetapi jika kalian bersabar untuk tidak memakannya sampai saya kembali ke dalam ruangan ini, Saya akan berikan lagi satu buah marshmallow sebagai bonusnya.”

Sebagian anak mampu menahan dirinya untuk tidak memakannya sampai Goleman kembali dan memberikan bonus kepada mereka. Sebagian lagi tidak sabar dan langsung memakan marshmallow yang sudah terhidang tanpa menunggu Goleman kembali.

Berdasarkan penelitian, setelah mereka berusia 20 tahunan, mereka tergolong orang yang sangat cerdas, berminat tinggi, dan lebih mampu berkonsentrasi. Mereka lebih mampu mengembangkan hubungan yang tulus dan akrab dengan orang lain, lebih handal dan bertanggungjawab, dan pengendalian dirinya lebih baik ketika menghadapi frustasi.

Sementara mereka yang langsung memakannya dan tidak bersabar menunggu Goleman kembali, cenderung tidak tahan menghadapi stress, mudah tersingung, mudah berkelahi, dan kurang tahan uji dalam mengejar cita-cita mereka. Dan di akhir usia 30 tahun mereka memiliki kemampuan kognitif dan kecakapan emosi yang rendah dibandingkan anak-anak yang tahan uji.

“Kisah anak-anak dan marshmallow mengajarkan kita makna tentang pentingnya pengendalian diri. Untuk itu, tidak jarang orang beropini bahwa mereka yang mengutamakan hawa nafsu dan akalnya tidak dapat dikendalikan dengan baik.Puasa dan Pengembangan Kecerdasan Emosi Anak

sumber: https://lifestyle.bisnis.com/read/20190513/236/921867/puasa-dan-pengembangan-kecerdasan-emosi-anak

Motivator Muda Indonesia Terbaik Edvan M. Kautsar: Bisnis jastip ngetren, pasarnya milenial yang `lapar mata`

Hampir semua orang, khususnya kaum wanita pasti menyukai kegiatan belanja. Bahkan, di era digital ini semakin dimanjakan oleh pilihan berbagai kanal belanja. Online marketplace dengan mudah dijumpai melalui gawai. Belum lagi, toko-toko online rumahan yang luar biasa banyaknya. Hal ini juga menjadi peluang bisnis bagi Anda untuk menjadi personal shopper atau penyedia jasa titip barang belanja dan biasa disebut dengan istilah jastip.

“Jastip jadi sebuah peluang usaha baru untuk membelikan barang pesanan yang diminta oleh konsumen jastip itu sendiri. Biasanya, jastip memanfaatkan teknologi atau media sosial untuk menawarkan jasa pembelian barang. Hanya dengan memegang smartphone dan mengandalkan hasil foto, Anda bisa mengantongi omzet hingga ratusan juta rupiah per bulan lho,” kata Edvan.

Menurutnya, bisnis ini sedang booming saat ini. Potensi untung yang bisa didapatkan cukup menggiurkan. “Bisnis ini menarik sebab tidak memerlukan modal besar dan konsumennya juga banyak, secara milenial lapar mata ketika melihat foto-foto barang yang Anda pajang di medsos,” jelas dia.

Dengan hanya bermodal smartphone dan beragam aplikasi media sosial dan jalan-jalan tentunya, bisnis Jastip sudah bisa Anda wujudkan. Terlebih lagi, Anda bisa jalan-jalan sambil belanja gratis! Siapa yang tidak mau? “Nah, hal inilah yang biasa dilakukan oleh para pelaku bisnis jastip yang lagi tren saat ini di kalangan milenial. Jadi, jika Anda punya hobi travelling dan melangkah ke mal, bisnis ini sangat cocok untuk Anda,” ucapnya.

Edvan memberikan tips memulai bisnis ini. Disebutkannya, di antara cara termudah untuk memulainya adalah dengan jalan-jalan. “Iya, bisa dimulai dengan jalan-jalan ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Kemudian update status medsos Anda, dan sampaikan kepada followers dan teman-teman Anda bahwa Anda akan pergi ke sebuah tempat atau sebuah negara. Dan jangan lupa tulis juga, open jastip,” jawabnya.

Bagaimana dengan keuntungannya? “Biasanya senilai 5-10% dari harga barang yang dititipkan si pengguna jasa. Jika Anda mampu memanagenya dengan cerdas, tentu Anda bisa terus jalan-jalan keliling kota bahkan negara dengan uang hasil jastip sendiri,” terangnya lagi.

Lalu barang apa saja yang paling laris diburu oleh konsumen jastip? “Produknya sih banyak dari skincare, kosmetik, tas, aksesori, pakaian, alat rumah tangga, buku, makanan khas, hingga mainan anak,” tutup dia.

Seperti apa prospek bisnis startup di masa depan? Ini kata Motivator Muda Indonesia Terbaik Edvan M. Kautsar

Membangun bisnis di bidang teknologi memiliki prospek yang amat sangat cerah di masa yang akan datang. Bagaimana tidak, para milenial terkaya di dunia saat ini hampir rata-rata adalah pemilik startup.

Dunia pun terus berubah menjadi semakin digital. Hal ini berbanding lurus dengan kebutuhan masyarakat dunia di era modern yang juga semakin beralih ke dunia digital. Semakin banyaknya perusahaan startup yang menyediakan solusi untuk memudahkan kehidupan manusia. Manusia pun semakin ketergantungan dengan hal-hal yang bersifat digital.

Di Indonesia sendiri, mulai banyak ventura yang berani berinvestasi dengan startup di Indonesia. Alasannya, selain orang-orangnya kreatif, Indonesia memiliki pasar yang sangat besar. Inilah yang menjadi alasan mengapa startup teknologi memiliki potensi untuk terus berkembang.

Menurut Kemkominfo, success rate dari startup indonesia adalah sekitar 4 persen. “Success rate artinya, dengan adanya 1.000 startup maka yang jadi itu mungkin 40 startup, itu fakta hidup. Mungkin nanti success rate bisa meningkat jadi 5 persen. Tetapi, bisa berkembang atau tidaknya startup tergantung kepada masing-masing,” katanya.

Beberapa bidang startup yang memiliki potensi cerah di masa yang akan datang di antaranya di bidang agriculture, education, healthcare, transportation, tourism, logistics, dan smart energy.

“Jika sebuah startup ingin meraih gelar unicorn, maka ide membuat startup tak hanya menciptakan solusi biasa tapi bagaimana terus menerus berinovasi. Semakin besar masalah yang bisa diselesaikan dengan solusi dari startup tersebut maka pasarnya tentu kian meluas,” jelas Edvan.

Sederhananya, jika masalahnya besar tentu market-nya besar. Kalau banyak yang pakai solusi kita dan akhirnya berbayar, perputaran nilai transaksinya tentu akan besar, valuasinya pun semakin besar, hal-hal inilah yang membuat sebuah startup menjadi unicorn.

Jadi, sebenarnya startup harus memberikan solusi dari masalah. Hanya saja persoalan yang sering dihadapi para pendiri startup adalah solusi seperti apa yang akan ditawarkan, apakah ingin memberikan solusi yang biasa saja, yang dibutuhkan, atau bahkan yang menimbulkan ketergantungan. Semuanya bergantung pada visi dan misi para pendiri startup tersebut.

sumber: https://www.elshinta.com/news/180540/2019/07/17/seperti-apa-prospek-bisnis-startup-di-masa-depan-ini-kata-edvan-m-kautsar