Rabu, 21 Oktober 2009

Artikel Motivasi : Mencintai Sang Maha Cinta (Puisi Cinta dan Syukur)


Bismillahirrahmanirrahim..


Yaa Allah …
Saat aku menyukai seorang teman
Ingatkanlah aku bahwa akan ada sebuah akhir
Sehingga aku tetap bersama Yang Tak Pernah Berakhir


Yaa Allah ...
Ketika aku merindukan seorang kekasih
Rindukanlah aku kepada yang rindu Cinta Sejati-Mu
Agar kerinduanku terhadap-Mu semakin menjadi


Yaa Allah ...
Jika aku mesti mencintai seseorang
Temukanlah aku dengan orang yang benar-benar cinta pada-Mu
Agar bertambah kuat cintaku pada-Mu


Yaa Allah ...
Ketika aku sedang jatuh cinta
Jagalah cinta itu
Agar tidak melebihi cintaku pada-Mu


Yaa Allah ...
Ketika aku berucap ‘aku suka padamu’
Biarlah kukatakan kepada yang hatinya tertaut pada-Mu
Agar aku tak jatuh kedalam cinta yang bukan karena-Mu


Mencintai seseorang bukanlah apa-apa
Dicintai seseorang adalah sesuatu
Dicintai oleh orang yang kau cintai sangatlah berarti
Tapi dicintai oleh Sang Maha Mencintai adalah segalanya...


Maka Yaa Allah, kuatkanlah hatiku, jangan biarkan hatiku sesat ... Maafkan apabila selama ini hamba melampaui batas yang telah kau tetapkan ... Maafkan apabila hamba lupa padaMu ... Hamba cinta padaMu Allah, Hamba rindu akan pertemuan denganMu kelak Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim, Ash-Shobuur, Yaa Khalik, Yaa Kabiir...



- ECHANTED GARDEN -



Edvan Muhammad Kautsar (re-post)

Senin, 19 Oktober 2009

Artikel Motivasi : Doa di Perjalanan Menuju Taubat



Yaa Allah..
Engkaulah yg Maha Tinggi...
Aku ingin segera kembali kepadaMu..
Seringkali lisan ini berkata aku cinta padaMu.. Tapi kami sering jauh dariMu, Yaa Rahmaan..
Lisanku begitu sering berkata rindu.. Tapi kamipun sering lupa kepadaMu Yaa Aziiz..
Kami berkata cinta padaMu, hanya untuk dikatakan orang lain, baik dan sholeh Yaa Allah..
Astagfirullahaladzhim..

Maafkan hamba Yaa Allah..
Kini hamba hanya bisa bersimpuh kepadaMu.. Beristighfar padaMu..
Memohon maaf kepadaMu.. Bertaubat kepadaMu..

Padahal hati kami tak cinta.. Padahal hati kami tak rindu..
Cinta kami kepadaMu palsu ya allah..

Ya allaaah...
Betapa kami dzolim kepadaMu dan pada diri kami..
Kini hanya airmata yg mengalir.. Menyadari kebodohan kami..
Ampunii Yaa Ghafaar...

Inilah kami yang sering mendustakanMu.. Inilah kami yang begitu kotor dihadapanMu..
Engkau tutupi dosa-dosa kami dengan kulit kami yang begitu sempurna..
Padahal dibalik itu, kami hina Yaa Allah..

Tapi begitu cintanya Engkau kepada kami, kau berikan udara dengan gratis kepada kami.. Padahal berapa liter udara setiap harinya kami hirup.. Namun kami tak pernah bersyukur kepadaMu.. Begitu cintanya Engkau kepada kami.. Kau senantiasa berikan kami cahaya sinar matahari setiap hari, untuk menerangi langkah kehidupan kami, tapi kami tak pernah tau bahwa itu bukti cinta Engkau An-Nur yang Maha Memberikan cahaya..

Bahkan Kau degupkan jantung di dalam dada kami, Kau tiupkan ruh kedalam diri kami.. Tapi kami tak pernah sayang kepadaMu.. Masih sering kami berjalan angkuh dan sombong di muka bumi.. Kami tak sadar bahwa begitu kecilnya kami dihadapanMu.. Jangankan denganMu Yaa Allah.. Dengan bumiMu saja kami jauh lebih kecil.. Dengan matahari saja kami jauh begitu kecil.. Bumi itu begitu besar dihadapan kami, Matahari itu begitu besar dipandangan kami, Tapi kami tak pernah sadar bahwa Engkau Al-Kabiir Yang Maha Besar, Yang menciptakan segala sesuatu yang besar..

Padahal baru Kau guncangkan saja bumiMu ini kami kewalahan Yaa Allah, tapi kami malah lebih takut kepada gempa bumi dan Tsunami.. Tapi kami malah tak pernah takut kepadaMu yang menciptakan gempa bumi dan Tsunami itu Yaa Allah..

Segala puji hanya milikMu Yaa Khaliq.. Jangan pernah tinggalkan kami Yaa Allah.. Jangan pernah Kau pergi dari hati kami walau sedetikpun Yaa Rahmaan.. amiin Yaa Allah..

Alfatihah

Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang dirimu sendiri kamu lupakan? padahal kamu membaca Al Kitab ? Maka tidakkah kamu berpikir?
QS. Al-Baqarah 44.



Snada - Taubat

Sabtu, 17 Oktober 2009

Artikel Motivasi : Dekat, Jauh, Besar, Berat, Ringan, Tajam (Keajaiban Kehidupan)


Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya..

Pertama,
"Apakah yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "orang tua, guru, kawan, dan sahabatnya".
Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu BENAR. Tetapi sesungguhnya yang paling dekat dengan kita adalah KEMATIAN. Sebab itu adalah janji Allah SWT, bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati (Q.S. Ali Imran 185)

Kedua,
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".
Murid -muridnya menjawab : "negara Cina, bulan, matahari dan
bintang-bintang".
Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahawa semua jawaban yang mereka berikan itu
adalah BENAR.
Tapi yang paling benar adalah MASA LALU. Walau bagaimanapun caranya kita takkan mampu kembali ke masa lalu.
Oleh sebab itu, kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang
dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Ketiga,
"Apakah yang paling besar di dunia ini?".
Murid-muridnya menjawab : "gunung, bumi dan matahari".
Semua jawaban itu BENAR kata Imam Ghozali. Tetapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah HAWA NAFSU (Q.S.Al-A'Raf 179).
Maka kita harus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa
kita ke neraka.

Keempat,
"Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab : "besi dan gajah". Semua jawaban adalah BENAR, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah MEMEGANG AMANAH (Q.S. Al-Ahzab 72).
Tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang, gunung-gunung, bahkan para malaikat semua tidak mampu ketika
Allah SWT meminta mereka untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi.
Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga
banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tak mampu memegang
amanahnya.

Kelima,
"Apakah yang paling ringan di dunia ini?"
Ada? yang menjawab : "kapas, angin, debu dan daun-daunan".
Semua itu BENAR kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah MENINGGALKAN SHOLAT. Seringkali hanya karena pekerjaan, kita tinggalkan sholat kita.. Hanya karena hal duniawi, seringkali kita meninggalkan perintah sholat.

Dan pertanyaan keenam adalah,
"Apakah yang paling tajam di dunia ini?"
Murid-muridnya menjawab dengan serentak : "pedang".
BENAR, kata Imam Ghozali, tapi sesungguhnya yang paling tajam itu adalah LISAN. Karena melalui lisan kita, manusia akan mudah untuk menyakiti hati dan melukai perasaan
saudaranya sendiri.

Teman, sekarang kita tahu bahwa hal yang paling dekat dengan diri kita itu adalah kematian, hal yang paling jauh dari diri kita itu adalah masa lalu, hal yang paling besar adalah hawa nafsu, hal paling berat adalah memegang amanah, hal yang paling ringan adalah meninggalkan shalat, dan hal yang paling tajam didunia ini sesungguhnya adalah lisan kita..

Maka mulai sekarang mari bersama-sama kita selalu renungkan, betapa selama ini kita tak pernah menyadari semua hal itu.. seringkali kita merasa sudah sempurna seakan bisa hidup selama-lamanya, padahal kita tak pernah sadar bahwa kematian itu sungguh betapa dekat.. Kita pun selalu menyianyiakan masa kini, karena merasa kita masih mempunyai masa depan, padahal kita takkan pernah mampu utk mengulang masa sekarang di masa yang akan datang.. Seringkali kita ikuti terus hawa nafsu kita, padahal betapa hawa nafsu itulah yang kelak bisa menjerumuskan kita ke lautan api neraka, seringkali kita melepas amanat yang kita pegang, dan seringkali kita begitu ringan untuk meninggalkan warisan dari Nabi Muhammad SAW, yaitu shalat.. Dan kitapun sering menggunakan lisan kita, untuk menyakiti perasaan orang lain, bahkan kepada ibunda kita sekalipun..

Bayangkaan..


Pot The Elegance Of Pachelbell - Serenade

Rabu, 14 Oktober 2009

Artikel Motivasi : Kasih sayang Ayah, Kasih Sayang Allah.


Seorang ayah.. Ia mempunyai anak. Ayah ini betapa menyayangi anaknya. Di suatu malam, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut.

Benar saja, di salah satu tikungan, ada sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya sang anak siuman. Namun ia tidak lagi mampu untuk melihat dan mendengar. Sang anak pun buta tuli. Si ayah begitu sedih, Ia hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukanlah yang bisa anaknya rasakan.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anak di hari-hari kemudian. Sang ayah senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu malam yang sangat dingin, sang anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat 'hangat' tersebut adalah sebuah gedung yang terbakar hebat.

Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Sang anak begitu marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah penuh dengan karat. Namun apa daya sang anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau ayahnya hanya berusaha melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat Ia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya dan juga isi hatinya. Saat anaknya mendiamkannya, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, dan selalu setia menjaganya. Dia hanya bisa berdo'a dan berharap, kalau suatu saat Allah memberikan kesembuhan bagi sang anak yang sangat Ia cintai. Setiap hari disepertiga malam terakhir, Sang ayahpun terbangun untuk mendo'akan kesembuhan anaknya.

Tahun demi tahun pun berlalu. Di pagi yang sangat cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan sang anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak bahagia, bahkan sampai mengejutkan sang ayah yang masih tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Allah telah mengabulkan do'a sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yang telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. "Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku."

Teman, terkadang seperti Anak itulah tingkah kita. Terkadang kita BUTA serta TULI, tidak mau sedikit pun mendengar dan melihat sekeliling kita. Seringkali kita merasakan hal yang dirasa baik, padahal sebetulnya Allah tau bahwa itu akan mencelakakan kita. Tapi kita malah marah kepada Allah. Meminta lebih kepada Allah. Dan terkadang kitapun merasa bahwa Allah tidak mau memberikan keinginan kita. Padahal Allah Maha Tahu, bahwa apabila kita mendapatkannya, itu akan berakibat buruk kepada kita.

Namun, betapa sayangnya Allah kepada Kita. Dialah Allah yang selalu dengan Sabar Menuntun dan Menolong Kita. Bagaikan seorang ibu yang tak mau melihat anaknya bermain dijalanan, sang ibu itupun melarang sang anak dan berkata,"nak, janganlah kau bermain dijalan nak, nanti engkau tertabrak". Begitupun Allah, yang tak pernah ingin melihat kita berada pada hal yang salah, Allah-pun bagai berkata kepadamu, "Hambaku, janganlah kau melakukan itu, nanti engkau takkan kuat disiksa didalam neraka".

Tapi terkadang, kita selalu melanggar larangan Allah. Padahal betapa cintanya Allah kepada kita.. Renungkan...


Pachelbell - Pavan 1

Artikel Motivasi : Wanita yang lebih mulia dari Bidadari Surga


Ia mutiara terindah dunia
Bunga terharum sepanjang masa
Ada cahaya di wajahnya
Betapa indah pesonanya
Bidadari bermata jeli pun cemburu padanya
Kelak, ia menjadi bidadari surga
Terindah dari yang ada



Pernahkah teman-teman melihat seorang bidadari? Bidadari yang bermata jeli. Yang kabarnya sangat indah dan begitu jelita. Saya yakin kita semua belum pernah melihatnya. Maka sekarang, mari kita ikuti percakapan antara Rasulullah SAW dan Ummu Salamah ra, tentang bagaimanakah bidadari yang bermata jeli itu.

Imam Ath-Thabrany mengisahkan dalam sebuah hadist, dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Saya berkata, ‘Wahai Rasulullah, jelaskanlah kepadaku firman Allah tentang bidadari-bidadari yang bermata jeli’.”

Beliau menjawab, “Bidadari yang kulitnya putih, matanya jeli dan lebar, rambutnya berkilai seperti sayap burung nasar.”

Saya berkata lagi, “Jelaskan kepadaku tentang firman Allah, ‘Laksana mutiara yang tersimpan baik’.” (Al-waqi’ah : 23)

Beliau menjawab, “Kebeningannya seperti kebeningan mutiara di kedalaman lautan, tidak pernah tersentuh tangan manusia.”
Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik’.” (Ar-Rahman : 70)

Beliau menjawab, “Akhlaknya baik dan wajahnya cantik jelita”

Saya berkata lagi, Jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Seakan-akan mereka adalah telur (burung onta) yang tersimpan dengan baik’.” (Ash-Shaffat : 49)

Beliau menjawab, “Kelembutannya seperti kelembutan kulit yang ada di bagian dalam telur dan terlindung kulit telur bagian luar, atau yang biasa disebut putih telur.”

Saya berkata lagi, “Wahai Rasulullah, jelaskan kepadaku firman Allah, ‘Penuh cinta lagi sebaya umurnya’.” (Al-Waqi’ah : 37)

Beliau menjawab, “Mereka adalah wanita-wanita yang meninggal di dunia pada usia lanjut, dalam keadaan rabun dan beruban. Itulah yang dijadikan Allah tatkala mereka sudah tahu, lalu Dia menjadikan mereka sebagai wanita-wanita gadis, penuh cinta, bergairah, mengasihi dan umurnya sebaya.”

Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, manakah yang lebih utama, wanita dunia ataukah bidadari yang bermata jeli?”

Beliau menjawab, “Wanita-wanita dunia lebih utama daripada bidadari-bidadari yang bermata jeli, seperti kelebihan apa yang tampak daripada apa yang tidak tampak.”

Saya bertanya, “Karena apa wanita dunia lebih utama daripada mereka?”

Beliau menjawab, “Karena shalat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Allah meletakkan cahaya di wajah mereka, tubuh mereka adalah kain sutera, kulitnya putih bersih, pakaiannya berwarna hijau, perhiasannya kekuning-kuningan, sanggulnya mutiara dan sisirnya terbuat dari emas. Mereka berkata, ‘Kami hidup abadi dan tidak mati, kami lemah lembut dan tidak jahat sama sekali, kami selalu mendampingi dan tidak beranjak sama sekali, kami ridha dan tidak pernah bersungut-sungut sama sekali. Berbahagialah orang yang memiliki kami dan kami memilikinya.’.”

Saya berkata, “Wahai Rasulullah, salah seorang wanita di antara kami pernah menikah dengan dua, tiga, atau empat laki-laki lalu meninggal dunia. Dia masuk surga dan mereka pun masuk surga pula. Siapakah di antara laki-laki itu yang akan menjadi suaminya di surga?”

Beliau menjawab, “Wahai Ummu Salamah, wanita itu disuruh memilih, lalu dia pun memilih siapa di antara mereka yang akhlaknya paling bagus, lalu dia berkata, ‘Wahai Rabb-ku, sesungguhnya lelaki inilah yang paling baik akhlaknya tatkala hidup bersamaku di dunia. Maka nikahkanlah aku dengannya’. Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”


Sungguh indah bukan perkataan Rasulullah SAW yang menggambarkan tentang bidadari bermata jeli. Namun betapa lebih indah lagi dikala beliau mengatakan bahwa wanita dunia yang taat kepada Allah lebih utama dibandingkan seorang bidadari. Ya, bidadari itupun kalah oleh wanita dunia yang shalehah.

Sungguh betapa mulianya seorang perempuan yang kaffah diin islamnya. Mereka yang senantiasa menjaga ibadah dan akhlaknya, senantiasa menjaga keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah. Sungguh, betapa indah gambaran Allah kepada wanita shalehah, yang menjaga kehormatan diri dan suaminya. Yang tatkala cobaan dan ujian menimpa, hanya kesabaran dan keikhlasan yang ia tunjukkan. Di saat gemerlap dunia kian dahsyat menerpa, ia tetap begitu mempertahankan keimanannya.

Sebaik-baik perhiasan ialah wanita salehah. Dan wanita salehah adalah mereka yang menerapkan islam secara menyeluruh di dalam dirinya, sehingga kelak ia menjadi penyejuk mata bagi orang-orang di sekitarnya. Senantiasa merasakan kebaikan di manapun ia berada. Bahkan seorang “Aidh Al-Qarni menggambarkan wanita sebagai batu-batu indah seperti zamrud, berlian, intan, permata, dan sebagainya di dalam bukunya yang berjudul “Menjadi wanita paling bahagia”.

Subhanallah. Tak ada kemuliaan lain ketika Allah menyebutkan di dalam al-quran surat an-nisa ayat 34, bahwa wanita salehah adalah yang tunduk kepada Allah dan menaati suaminya, yang sangat menjaga di saat ia tak hadir sebagaimana yang diajarkan oleh Allah.

Dan bidadari pun cemburu kepada mereka karena keimanan dan kemuliaannya. Bagaimana caranya agar menjadi wanita salehah? Tentu saja dengan melakukan apa yang diperintahkan Allah dan menjauhi segala laranganNya. Senantiasa meningkatkan kualitas diri dan menularkannya kepada orang lain. Wanita dunia yang salehah kelak akan menjadi bidadari-bidadari surga yang begitu indah.

maukah engkau menjadi wanita yang lebih utama dibanding bidadari? Allah meletakkan cahaya di atas wajahmu dan memuliakanmu di surga menjadi bidadari-bidadari surga. Maka, belajarlah dan tingkatkanlah kualitas dirimu, agar Allah ridha kepadamu.

Semoga bermanfaat.. :)


Kiss The Rain